Selasa, 28 Desember 2010

Pengemban Dakwah Tahan Banting

Bagaimana menjadi pengemban dakwah yang tahan banting, walau dengan banyak ujian dan cobaan dalam berdakwah, ghiroh dakwahnya malah semakin meningkat??

Ikhwatifillah...
Dalam hidu, kita akan dihadapkan pada pilihan-pilihan yang akan mengantarkan kita pada suatu kondisi tertentu, sehingga tak heran bila kita sering mendengar istilah “hidup adalah pilihan”. Setiap pilihan yang telah kita buat akan berdampak pada kehidupan kita dengan segala konsekuensinya. Begitu juga dengan menjadi seorang aktivis ada banyak konsekuensi-konsekuensi yang harus kita jalani, terlebih lagi menjadi aktivis dakwah Islam, maka kita harus menyiapkan diri atas konsekuensi-konsekuensi yang akan kita jalani atas pilihan kita menjadi seorang pengemban dakwah.

Allah SWT melalui Rasul-Nya yang mulia menegaskan bahwa “ketika Allah mencintai hamba-Nya, maka Allah akan memberinya Ujian dan cobaan..”

Lho, kenapa ketika Allah mencintai hambanya Allah malah memberinya cobaan atau ujian? Gak kebalik? Mestinya kan diberi nikmat dan kesenangan-kesenangan yang bertambah?..

***


Mungkin ini yang terlintas dalam benak kita. Sejenak kita renungi dan kita pelajari perjalanan hidup kita mulai dari lahir sampai sekarang, detik ini, saat membaca tulisan ini. Banyak sekali yang membuktikan bahwa kita itu hidup memang dengan masalah, ujian dan cobaan. Ibarat anak Sekolah, untuk naik ke kelas 2 atau kelas 3 dan seterusnya kita harus dapat melewati ujian yang diselenggarakan sekolah, kalau kita tidak mampu melewati ujian tersebut tentu kita tidak akan naik kelas. Betul tidak?

Nah, begitu juga dengan hidup dan cobaan-cobaan yang kita hadapi, semuanya adalah “alat” yang dipakai oleh Allah untuk meninggikan derajat kita, meninggikan kualitas keimanan kita, meninggikan pengetahuan kita, meningkatkan tingkat kesabaran kita, keistiqamahan kita, keikhlasan kita, dll hingga Allah semakin dekat dengan kita. Jika dalam ujian tersebut kita gagal, dan mengalihkan perhatian utama kita dengan mengganti poros hidup selain dakwah maka kita gagal. Ini memang tidak semudah yang kita bayangkan, ujian dari Allah tidak bisa kita prediksikan, tetapi dengan keimanan kita dan keyakinan kita bahwa Allah tidak akan menguji kita dengan ujian dan cobaan yang melampaui batas kemampuan kita, kita akan sanggup melewati berbagai ujian dan cobaan yang datang dalam kehidupan kita. Malah kita akan semakin bersemangat dalam berdakwah karena kita paham dan yakin se-yakin-yakinnya bahwa Allah akan memberikan kemudahan, memberikan petunjuk kepada kita untuk menyelesaikan semua masalah yang kita hadapi.

Pertanyaannya kembali kepada kita, seberapa yakin kita bahwa Allah yang akan membantu setiap kesulitan dan ujian yang sedang kita hadapi? Seberapa yakin kita atas janji Allah yang termaktub dalam surat Muhammad ayat 7, yang artinya “…barang siapa yang menolong agama Allah, maka Allah menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.
Kita biasanya tidak sabar dalam menjalani ujian dan cobaan yang sedang kita hadapi sehingga kita cenderung mengalami kegagalan, gagal untuk dapat lebih mendekat kepada Allah, menjadi hamba-Nya yang terbaik.

Masalah yang sering diujikan Allah terutama kepada pengemban dakwah adalah masalah financial/keuangan atau nafkah. Memang mencari nafkah adalah kewajiban bagi laki-laki sejak usia baliqh, apalagi yang sudah berkeluarga dan punya anak, tanggungjawabnya semakin bertambah. Tetapi tidak mengurangi kewajiban dia untuk tetap berdakwah. Oleh karena itu, kita harus pintar-pintar mengatur diri kita dengan segala potensi yang telah Allah berikan kepada kita semua untuk tetap menjalankan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada kita.

***

Ada pengalaman menarik yang penuh hikmah tentang masalah financial untuk semakin mengokohkan keyakinan kita kepada janji-janji Allah yang senantiasa akan menolong hamba-Nya yang sabar, ikhlas dan istiqamah dalam berdakwah. Pengalaman ini di alami oleh pengemban dakwah senior, beliau angkatan 80-an, dulu aktif di Badan Dakwah Masjid Al Hikmah IKIP Malang sekarang Universitas Negeri Malang. Beliau meminta ijin kepada penanggungjawab dakwah di daerahnya untuk mengurangi amanah dakwah yang dibebankan kepada beliau, karena beliau mau fokus bekerja siang-malam untuk membayar utang, karena beliau tidak tenang hidup punya hutang. Beliau punya hutang 3,5 juta, bagi kita mungkin uang tersebut tidak seberapa, tapi bagi beliau itu jumlah yang banyak.

Beliau punya ide untuk membuat kegiatan usaha yang diprediksi akan mendatangkan keuntungan yang banyak. Singkat cerita, dari usaha beliau tersebut, bukan malah mendapatkan untung tetapi hutang semakin banyak menjadi 40-an juta. Beliau langsung shock, merebahkan tubuh dan merenung dari apa yang beliau alami “..usaha untuk membayar utang kok malah utang bertambah banyak..., Sudah.. tidak usah bekerja-bekerja, saya akan giat berdakwah sekarang, masalah utang Insyaallah pasti ada jalan untuk menyelesaikannya” itulah keputusan beliau, ketika fokus bekerja untuk menyelesaikan utang, malah utang bertambah banyak.

Setiap pagi beliau keluar rumah, dan tawakal kepada Allah atas ujian yang beliau alami.. dengan dasar keyakinan “..burung yang keluar dari sarangnya dalam keadaan kosong (temboloknya), saat pulang sudah penuh (temboloknya)” burung saja bisa, kenapa saya tidak bisa, tutur beliau kepada saya” akhirnya ketika beliau selesai sholat di masjid, beliau bertemu orang yang minta bantuan untuk menjualkan rumah, dan beliau bersedia membantunya. Alhamdulillah, rumah terjual dan beliau mendapatkan fee atas jasanya menjualkan rumah orang tersebut. Akhirnya sebagian utang beliau terlunasi, tinggal utang ke beberapa teman seperjuangan.. sejak itu keajaiban-keajaiban mulai beliau alami, pernah suatu ketika istri beliau mengeluh tidak punya uang untuk bayar listrik, padahal beliau hanya punya uang 50 ribu, dari sini beliau bingung, dibuat bayar listrik gak cukup, buat makan cukup untuk beberapa hari saja. Kemudian beliau putuskan untuk menggunakan uang tersebut untuk biaya tranportasi ke Madura untuk dakwah.

Ketika pulang ke rumah beliau kaget, dirumah sudah ada kursi dan amplop tertutup, dia tanya ke istrinya “ini kursi dan amplop dari mana?” Istrinya juga tidak tahu, tiba-tiba ada orang yang mengirimkan kursi ke rumah dan titipan amplop. Setelah dibuka amplopnya ternyata ada uang 500 ribu. Alhamdulillah.. buat bayar listrik dan kebutuhan sehari-hari. Ternyata hadiah tersebut dari orang yang pernah beliau tolong saat merukyah (beliau biasa diminta untuk merukyah orang yang diganggu jin). Di hari saya (red: penulis) ke rumah beliau, beliau bercerita “tadi pagi ada orang yang mengirim uang untuk memperbaiki kamar mandi rumah dan tempat sholat, sore harinya sepeda motor Honda Revo datang, bersama pekerjaan sebagai mudir travel malang-jember.. Beliau menegaskan bahwa rejeki sudah ada yang mengatur, kita jangan bingung dan khawatir.. Lakukan ikhtiar semaksimal mungkin, tawakal  kepada Allah dan yakinlah atas janji-janji Allah yang akan menolong orang-orang yang menolong agama-Nya (Islam).. “

Kita sebagai pengemban dakwah tentunya tahu dan memegang “prinsip hidup” kita bahwa di Islam itu tidak ada yang sulit, semuanya mudah, ya mudah.. Maksud mudah disini adalah untuk mendapatkan pahala dan kebahagiaan. Bayangkan, jika kita mendapatkan ujian dan cobaan, kita bisa bersabar dan mampu menahan segala pikiran-pikiran buruk yang dibisikkan setan maka kita akan mendapatkan pahala. Jika kita di beri nikmat, kita bisa bersyukur dengan menginfaqkan rezeki kita, meningkatkan dakwah, meningkatkan intensitas aktivitas penyadaran umat untuk menerapkan syariat Islam, dll maka Allah akan menambah nikmat kita dan tentunya kita juga dapat pahala.. di agama lain, hal ini tidak kita temui.. hanya di Islam.. Subhannallah..

***

Dengan segala kesadarannya, seorang pengemban dakwah telah menentukan bahwa Dakwah adalah poros hidupnya sehingga segala aktivitasnya berjalan seiring dengan aktivitas utamanya yakni dakwah. Mulai dari bekerja, dia akan memilih pekerjaan yang mendukung aktivitas dakwahnya atau minimal “tidak mengganggu” aktivitas dia sebagai pengemban dakwah. Dalam membangun rumah tangga, dia akan mencari pasangan yang mendukung aktivitas dakwahnya bahkan semakin memperkuat semangatnya untuk berdakwah, tidak hanya sekedar mencari pasangan hidup yang “asal dapat”, tidak pula “asal menikah” tanpa persiapan yang matang (niat, ilmu, nafkah), sehingga pernikahan yang dilakukan akan mendorongnya untuk semakin bersemangat dalam berdakwah. Bagi yang belum siap jangan coba-coba sebab dapat menjadi penyebab goyahnya semangat dakwah dan mengganggu tatanan dan system dakwah terutama dakwah di kampus. Dan dalam bidang kehidupan lainnya, semuanya dijalankan berdasarkan kepentingan dakwah. Sebab seorang pengemban dakwah memiliki “rumus kehidupan” yang terangkum dalam Al Qur’an dan As sunnah yang harus ia pegang teguh hingga ajal menjemput.

Dengan keyakinan yang mantab, kita akan merasakan dan mengalami keajaiban-keajaiban yang telah Allah janjikan kepada para pengemban dakwah. Jangan terlalu pusing terhadap hal-hal yang sudah dijanjikan oleh Allah misalnya masalah rejeki, sebab pasti akan sampai kepada kita walau berada diujung dunia. Bayangkan ikan paus yang begitu besar, sekali makan butuh berapa banyak daging? Tetapi tetap dia bisa makan dan bertahan hidup. Bayi yang tidak bisa apa-apa juga bisa kenyang, dengan rejeki yang sampai padanya dengan perantaraan kedua orang tuanya, dan contoh-contoh lainnya...
Sebaliknya, kita harus kerja optimal, serius dan sungguh-sungguh dalam dakwah dan ibadah kepada Allah yang akan mengantarkan kita untuk masuk ke dalam surga atas ridho-Nya.

Saat ini tidak ada Nabi lagi setelah Nabi Muhammad SAW, tidak ada yang menjamin bahwa kita bisa masuk surga, kita bukanlah Abu Bakar ra., kita bukanlah Umar ra., bukan pula Utsman ra., bukan pula Ali ra. dan Sahabat-sahabat Nabi lainnya yang telah dijamin masuk surga. Oleh karena itu, kita harus extra semangat dalam berdakwah agar kita termasuk orang-orang yang dirindukan Nabi SAW sebagai “ikhwani” yang kelak bersama-sama beliau masuk surga. Kita harus mencontoh para sahabat dan tetap istiqamah dalam dakwah Islam, menyerukan penerapan Islam dalam bingkai khilafah Islamiyyah berapapun tantangan dan cobaan serta ujian yang harus kita taklukkan.

Mari bersemangat, kemenangan sudah dekat, khilafah sudah di depan mata. Jangan sampai kita tertinggal, kendaraan ini semakin cepat mari bersama-sama berjuang, khilafah pasti tegak.. Insyaallah.. Allahu Akbar..! Wallahu’alam bis showab.

Sumber: www.dakwahkampus.com

0 komentar:

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar