Selasa, 28 Desember 2010

Teladan Hakiki itu Bukan Aku

Sembilan tahun yang lalu, tepatnya ketika aku masih duduk di bangku tsanawiyah, Dayah Jeumala Amal sebuah pesantren terpadu di Kabupaten Pidie Jaya, Nanggroe Aceh Darussalam. Ada sebuah memori yang sampai sekarang masih aku ingat karena memori itu sangat berharga bagiku.
Tanpa terasa waktu itu sudah 3 bulan aku belajar dan menyandang status murid Dayah Jeumala Amal, kejadian itu kalau diingat sungguh menyiksa batinku, entah karena sikap pendiamku yang masih sangat ketal waktu itu aku telah dijuluki sebagai santri teladan, semua kawan-kawan sudah mengenalku...aku begitu tersiksa dengan nama itu, karena membuatku tidak bisa banyak bergerak lagi, aku dikukung hanya dalam definisi teladan menurut pemahaman mereka....hari demi hari di asrama tercinta yang aku jalani semakin terkukung saja, terkukung dengan nama teladan itu, minum makan harus serba hati-hati, karena kita selalu diperhatikan...alamak...aku tidak sanggup dengan permainan seperti ini, pikirku.

Jadilah hari-hari berikutnya sebagai hari pembalasan bagiku, aku berbuat apa yang aku suka, tanpa terkukung dengan nama teladan itu, dan aku juga berdoa pada tuhan, ya Tuhan singkirkan nama teladan itu padaku, minggu berganti minggu kepercayaan teman kepadaku sebagai murid teladan sudah mulai pudar, aku ingin tunjukkan pada mereka kalau aku bukan teladan bagi mereka, tapi perkiraan ku meleset, panggilan teladan bukannya hilang, tetapi makin membuat telinga ini merah mendengarnya, aku di panggil sok teladan, kali ini aku benar-benar tidak sanggup lagi, tapi apa boleh buat...aku harus bersabar menerimanya,semuanya ada hikmah...karena panggilan itu, aku semakin hati-hati lagi dalam beraktifitas. alhamdulillah panggilan yang sangat "menyayat" hati itu sirna seketika ketika aku duduk kelas 3 tsanawiyah, tapi hal itu tidak akan pernah terlupakan bagiku, yang telah menyelami hidupku, banyak pelajaran berharga yang bisa aku petik, meskipun teman-teman tsanawiyah ku dulu cuek-cuek bebek saja, bahkan mereka tidak lagi mempersoalkannya.

Aku tak akan pernah melupakannya, coba rasakan betapa berat kalau kita menyandang kata teladan itu, ketika kata itu disematkan pada diri kita, mungkin saya, anda dan semua kita tidak sanggup kalau kata-kata teladan itu disematkan lagi untuk kali yang kedua, tentunya dalam konteks yang berbeda misalkan guru teladan, penguasa teladan atau petani teladan, yang perlu kita lakukan sekarang adalah selalu mentajdid niat selama kita masih hidup, dengan selau mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjadikan Nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya sebagai teladan yang hakiki, sehingga akan memberikan motivasi dalam mengarung bahtera hidup, Itu saja!!!

oleh Azmi Abubakar Hamzah
(eramuslim, 191009)

0 komentar:

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar